Prinsip keadilan bukanlah kesama-rataan, ada porsi, ada batas. Kau tentu tidak akan memberikan uang jajan setara kepada anakmu yang SMA dan TK, bukan? Demikian urusan gender. Peradaban terbaik adalah yang bisa menciptakan keadilan sesuai kesepakatan dan batas-batas. Wanita sesungguhnya pengendali terbaik dari lelaki. Sehebat apapun lelaki, luluh di depannya. Akan lucu ketika ada lelaki berbuat semena-mena terhadap wanita. Ide patriarki juga terlalu aneh. Bagaimana mungkin kaum lelaki bisa mengendalikan kaum perempuan? Sementara di bawah selangkangan perempuan pun, lelaki tak mampu berkutik. Kaum wanita adalah pemangku jagat, pemimpin sesungguhnya. Lelaki melaksanakan peran sebagai aktor, sesuai porsinya. Lelaki melaksanakan peran, berpura-pura sebagai pelindung wanita. Sebab hierarki penting dalam sebuah peradaban. Sedangkan pemimpin peradaban sesungguhnya adalah kaum wanita. Lelaki wajib memuliakannya, sebab wanita semacam portal antara kematian dan kehidupan. Tapi ketika batas-batas itu dibaurkan, tunggu saja saat kehancuran. Kecuali kau adalah tuhan, kau tidak perlu batas. Sekarang jujur saja, bagaimana kau menciptakan kepercayaan, dan pada akhirnya keadilan, dengan kerapuhan dan bias batas? Kecuali kau yang radikal dan menolak ide pernikahan, apa kau bisa membangun kepercayaan pada istri atau suamimu yang hampir tiap malam pergi bersama lelaki/wanita lain? Sulit bukan?
Sudahlah, gak usah lebay. Kau kira setiap ide bebas dari politik kepentingan?
Batu, 01 Mei 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar