TUGIEZLAND

Senin, 10 Februari 2014

Bukan Tentang Apapun

Aku takkan mengguruimu dengan rumitnya teori karena aku tak sedikitpun paham tentang makhluk itu. Aku juga takkkan membuatmu tertawa karena aku bukan pelawak. Takkan pula membuatmu terharu oleh kisah cinta karena aku sama sekali belum mengenalnya. Dan lewat tulisan ini aku tak ingin menyampaikan apapun kecuali ‘kekosongan’. ‘Kekosongan’, kau boleh menyebut demikian untuk tulisan tak bernyawa ini. Sebelum terlanjur, sebaiknya kau berhenti membacanya. Karena takkan kau jumpai apapun dalam tulisan ini kecuali kosong.

Dua puluh tahun lebih aku dipindahkan dari dunia antah-berantah dalam kandungan ibu ke dunia dimana aku bisa melihat sosok yang disebut ibu. Selama itu pula aku tak menemui sejengkalpun isi yang memenuhiku. Isi tak pernah kudapati sebagaimana ia memenuhi setiap jiwa manusia disekitarku. Isi, seperti yang kulihat memenuhi hampir setiap sendi kehidupan yang kujumpai. Di setiap sudut pori-pori manusia, setiap susunan huruf para penyair, setiap tetes keringat para pekerja, setiap goresan cat sang pelukis, setiap ketukan nada pemusik, setiap apapun yang pernah kutemui selama kuberada di bumi ini, adalah isi yang memenuhi mereka. Tapi isi tak pernah sedetikpun datang menjengukku.

Berakibat panjang. Aku terus-menerus mencari isi agar ia berkenan pun sedetik tuk menyapaku. Aku menanyakan pada pintu perpindahanku, ibu, hanya diberikannya satu tongkat untuk menemani perjalananku. Aku mendatangi setiap manusia. Termasuk mendatangimu, yang sudah membaca tulisanku sejauh kata ini, untuk menyanyakan tentang keberadaan isi. Sebab aku melihat ‘isi’ di setiap orang termasuk kamu. Aku sangat ingin menanyakan padamu : Makanan apakah yang kau sediakan sehingga isi bersedia tinggal cukup lama dalam dirimu? Tapi pertanyaan itu, akan terdengar konyol bagimu. Tapi, ijinkan aku memohon kepadamu tuk menjawabnya. Jangan lagi kau berikan tongkat untuk menemani perjalananku, karena tongkat ibu sudah cukup untuk menemaniku. Aku hanya ingin jawaban darimu. Mengapa kau tak pernah ditinggal isi dan bertemu dengan kosong? Mengapa orang-orang dipenuhi isi. Isi sebagai pengelana, sebagai manusia yang dipenuhi isi untuk mencapai tujuan yang ia susun dengan jelas? Dan isi, tentang cita-cita, tentang impian, tentang tujuan. Hah, apakah gerangan mereka? Aku tak sedikitpun memahaminya. Apakah isi mengajarkanmu tentang mereka? Mungkin. Sungguh, aku semakin tak paham dan sampai disini aku memaksamu untuk menunjukiku dimana keberadaan isi. Agar kosong tak lagi memelukku erat seperti tak mau kutinggalkan.

Setiap detiknya aku mencari keberadaan isi. Diantara wajah-wajah yang berseliweran dihadapanku. Para hedonis mempunyai isi untuk memenuhi hasrat kegembiraannya, para pemeluk agama mempunyai isi untuk kehausan spiritualitas mereka, para ilmuwan, sastrawan, budayawan, pelukis, pelacur, maling, bandit, centeng, koruptor sekalipun, aku menemukan isi di dalam diri mereka. Meski isi dalam bentuk yang berbeda-beda. Tapi tetap, isi berkenan singgah di kehidupan mereka. Tapi bagiku, mengapa isi tak pernah menjengukku sedetikpun? Barangkali aku adalah makhluk yang dikutuk oleh dunia isi, sehingga ia mengirim kosong untuk mendatangiku sebagai hukuman. Karena itu, aku mendatangimu lewat tulisan ini. Aku ingin kau membebaskanku dari kutukan ini. Atau setidaknya kau menjawab pertanyaanku tentang keberadaan isi. Jika kau tak bersedia menjawabku, pada siapa lagi aku menanyakan keberadaan isi? Adakah kau tega melihat anjing menggonggong mengejekku yang tak dihinggapi isi. Atau, diammu itu adalah sebuah jawaban. Bahwa isi dapat kujumpai diantara gonggongan anjing, atau suara hewan lain? Atau, karena kau tau aku tak mengerti bahasa mereka, sehingga jawaban darimu selanjutnya tentang isi adalah bisa kujumpai diantara suara tetumbuhan, suara alam? Oh, aku lebih tak memahami mereka. Dan kau tetap diam tak menjawab pertanyaanku. Adakah tanpa suara, tanpa isi, adalah isi. Begitukah? Atau simpulnya, isi adalah kosong, kosong adalah isi?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar