Aku rela saja jika
kau matikan, kau bunuh dengan sadis, kau mutilasi menjadi ratusan bagian lalu
kau buang ke laut untuk disantap ikan dengan berangas. Tapi apa untungnya
bagimu, kawan? Kecuali jika kau perampok yang tengah kepepet. Yah, itu bisa
menjadi keuntungan kecil bagimu. Karena aku punya satu motor beserta helm-nya,
handphone, lalu satu stel pakaian untuk kau kenakan. Itu hadiah ter baik yang
bisa kupersembahkan saat kau berhasil membunuhku. Setidaknya itu sedikit
berguna untuk melunasi hutangmu, mungkin. Atau untuk membelikan anakmu susu.
Itu keuntungan untukmu yang terpepet. Tidakkah sebanding dengan rasa khawatirmu
akan jeratan hukum? Atau pada arwah gentayanganku nanti? Mungkin. Haha, kau tak
kan pernah takut, mungkin, atas hal-hal tersebut. Tapi, aku kasihan melihatmu,
dalam transaksi ini kau akan merugi besar. Ini untukmu yang perampok. Lalu
bagaimana jika kau berprofesi pekerja kantor, mahasiswa, atau mungkin teman
dekatku? Entahlah. Kupikir tak kan ada untungnya sedikitpun saat kau berhasil
membunuhku. Tapi, ini pertimbangan ekonomi subyektifku. Mungkin, kau juga punya
perhitungan tersendiri yang membuatmu merasa mendapat keuntungan lebih saat
berhasil membunuhku.
Oke, mungkin
seseorang tak akan bersedia mendapatkan kerugian dengan membunuh ragaku. Tak
ada material yang mewah dariku, dan sangat rugi dengan hanya membunuhku untuk mendapatkan
handphone atau motorku. Mungkin kau punya alternatif lain. Kau memperhitungkan
kerugian dengan transaksi pembunuhan ragaku, jadi kau bisa memutuskan untuk
membunuh karakterku. Tapi, tidakkah kau bertanya : karakter mana yang akan
dibunuh? Kau ingin membunuh kedudukan sosialku, mungkin. Tapi kuperingatkan,
kau takkan mendapati apa-apa, karena aku tak punya sedikitpun kedudukan sosial.
Oh, kau ingin membunuh sisi kepopuleranku mungkin, tapi sisi manakah itu?
bahkan keluargaku tak mengenalku, kawan. Oh, iya, mungkin kau punya alternatif
lain, membunuh kecerdasanku? Tapi kecerdasan yang mana, kawan? Bukankah kau
lebih sering melihat kebodohan dariku? Bahkan, kau sendiri pun telah menemukan
betapa bodohnya pembuat tulisan ini. yah, tidak ada yang kau harapkan dariku
kawan. Kecuali jika kau punya penilaian tersendiri yang mungkin bisa sangat
menguntungkanmu saat berhasil membunuh karakterku.
Atau, kau tak
melhat berbagai keuntungan dariku. Kemudian, kau memutuskan untuk membunuh
keimananku. Tapi tunggu kawan, tidakkah kau segan dengan para setan yang
mengitariku tiap detiknya? Mereka bahkan hanya melihatku sendiri bunuh diri
terhadap keimananku tanpa mereka turut campur tangan. Jadi, masih berniatkah
kau membunuhku? Jika masih, tidak ada lagi yang bisa kau ambil dariku kecuali
para setan penonton itu yang bisa kau bantai untuk memuaskan hasratmu membunuhku.
Yah, bunuh saja setan-setan yang mengitariku itu jika tak kau dapati keuntungan
apapun dari hasil pembunuhan jiwa ragaku. Setidaknya, kau akan mendapatkan
pahala karena berhasil membunuh para setan dalam diriku. [ ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar