Aku
tak pernah bisa tau maksud Tuhan. Tak pernah. Kadang terpikir olehku untuk
sedikit menggugat Tuhan, tapi sedikitpun tak berani, bahkan dalam hati
sekalipun. Yang kulakukan hanya bertanya, bertanya, bertanya, dan bertanya.
Mungkin Tuhan bosan mendengarnya. Kalau Tuhan menciptakan mulut untuk Diri-Nya
sendiri mungkin Ia akan marah besar. Atau mungkin juga Ia terbahak, terpingkal
melihat ulahku, ulah manusia yang konyol.
Tuhan,
aku sering lalai memang, terutama lalai dalam pergumulanku terhadap makhluk
ciptaanmu yang indah: Perempuan. Tuhan, bukankah semua
lelaki sama saat berhadapan dengan perempuan, apapun agama lelaki itu? Mungkin yang
membedakan hanya kendali diri saja. Sebagai lelaki normal,
tentu aku punya ketertarikan seksual terhadap perempuan. Aku percaya, setiap
lelaki normal punya ketertarikan lebih terutama pada buah dada perempuan, mungkin itu yang
dimaksud buah Khuldi yang membuat Adam rela disingkirkan dari surga demi
menyentuh dan menikmatinya. Tapi Tuhan, Engkau tahu kan? Semua itu hanya baru
ketertarikan. Aku tersiksa Tuhan, mungkin Engkau bosan mendengar keluhanku
tentang itu, Engkau mungkin bosan mendengar pertanyaanku tiap melihat
perempuan: Ya Tuhan, kapan aku Engkau halalkan menjamah tubuh perempuan yang
benar-benar kucintai? Kapan aku
bisa leluasa memanjat pohon khuldi? Kapan buah khuldi itu bisa
kumakan, Tuhan? Ah, klasik.
Tapi
Tuhan, hanya Engkau yang tahu betapa selalu aku rela menahan untuk menikmatinya. Betapa aku
tersiksa batin, seringkali ditawari keadaan yang sangat longgar untuk melihat,
menyentuh, mengulum, menikmatinya, tapi tak kulakukan. Aku hanya berani sekilas melihatnya, mungkin
sesekali sedikit mencuri kesempatan menyentuhnya. Tapi Tuhan, Engkau pasti
tahu, saat dulu pernah Engkau berikanku keadaan dimana pohon itu tak dipagari oleh pemiliknya, dan buahnya terkelupas dari kulitnya, terpampang
nyata dihadapan wajahku, aku hanya memandanginya, Tuhan, aku takut. Kalau Adam
Engkau singkirkan dari surga ke dunia karena menyentuh dan menikmati buah itu,
lalu kemana Engkau membuangku saat melakukan hal yang sama dengan apa yang
dilakukan Adam?
Tapi,
kenapa Tuhan, Engkau sering pertemukanku dengan perempuan dan kesempatan yang
longgar untuk melakukan apa yang Adam lakukan? Beberapa pohon dan buah khuldi yang
kukenal, pernah terjamah oleh tangan lelaki Tuhan. Mungkin lelaki yang sudah
tak kuat lagi dengan siksaan batin itu. Engkau selalu memberi tanda tentang
itu. Tanda yang kadang tak kukenal. Tapi kadang sangat mudah mengenalinya. Tapi
Tuhan, masihkah Engkau sisakan satu untukku pohon khuldi beserta buahnya yang belum pernah terlepas dari
kulitnya, yang belum terkulum dan dinikmati para lelaki selainku? Masak Engkau
tega Tuhan memberiku sisa-sisa? Ya Tuhan, lindungi khuldiku ya sampai aku
berhak menikmatinya.
Oh
iya Tuhan satu lagi pertanyaan yang sering kulontarkan, jangan bosan ya? Engkau
menciptakan perempuan, lalu Kau suruh mereka menjaga kehormatannya. Kenapa
bukan Engkau sendiri yang menjaganya Tuhan? Tuhan, kadang beberapa perempuan
tak berdaya dihadapan lelaki. Terlebih lelaki yang dicintainya. Kadang mereka
lalai mengunci buah khuldinya, lalai
memagari pohonnya. Kadang, ... , kadang, ... , kadang, ...
Ah, kenapa bukan Engkau saja yang menjaga kehormatannya Tuhan? Kenapa Engkau
tak mencegah Adam saat ia hendak menikmati buah khuldi itu?
Ah
sudahlah Tuhan, mungkin itu rahasia-Mu. Aku hanya berdo’a saja semoga para
perempuan bisa menjaga kehormatannya, menjaga khuldinya dengan baik hingga ia
dihalalkan untuk seorang lelaki. Tapi, kembali lagi, Engkau mungkin terbahak
mendengar do’a ini. Mungkin sama terbahaknya ketika Engkau mendengar seorang
hamba berdo’a: Ya Tuhan, pertemukan aku dengan orang-orang baik, jadikan
pemimpinku dari orang-orang yang baik. Tapi ia sendiri belum beri’tikad berbuat
baik. Jadi, Tuhan, jangan jadikan do’aku konyol ya? Biarkan perempuan-perempuan
di sekitarku, perempuan yang kan jadi jodohku kelak, perempuan yang membaca
ini, bisa menjaga kehormatannya. Bimbinglah mereka cara menjaga khuldi mereka,
menjaga kehormatan mereka, kalau perlu berikan tutorial. Eh, maaf, Engkau sudah
memberikannya yah, namanya Al-Qur’an. Ehm, satu lagi: Tuhan, bisikkan pada
perempuan-perempuan ya agar mereka menutup khuldinya dengan baik, kalau perlu
memagari agar tak disentuh, biar kami para lelaki juga tak tersiksa batin melihatnya,
atau mungkin juga agar tak tersiksa karena tak berani menyentuh dan menikmatinya, padahal
dalam hati ingin sekali melakukan itu. Bisikkan pada mereka ya agar tak
ternikmati khuldinya oleh lelaki yang belum Kau berikan hak menyentuh dan menikmati buahnya.
Tuhan, ada satu lagi ternyata, cepat-cepat ya kau berikan hakku menikmati buah
khuldi, aku sudah ‘ngiler nih’... yah?
Jangan biarkan aku nekat mengambil sendiri lalu menikmatinya loh ya, Tuhan? Aku
mohon.. cepat ya... Tapi nanti jangan buah khuldi yang sisa-sisa loh ya? Aku
ingin memanjatnya langsung dari pohonnya. Sudah, aku banyak mintanya, tapi
jangan bosan ya, Tuhan? Hehe.. Engkau kan Maha Asyik.
Salam
sayangku untukmu semua perempuan.
Salam
cintaku untukmu perempuan yang kelak jadi pasangan hidupku.
Pintaku,
jangan biarkan doaku tadi jadi konyol ya? Jaga baik-baik pohon dan buah
khuldimu, jaga baik-baik kehormatanmu. Doakan juga aku disini bisa menahan diri
untuk menikmati khuldi hingga kita dipertemukan nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar