Entah kenapa,
secara tak sengaja, atau lebih tepatnya kebetulan, gambar ini mirip dengan
gambar seekor kucing setengah duduk yang dilihat dari persfektif depan. Awalnya
hanya iseng-iseng untuk menceritakan tentang sebuah persahabatan. Suatu hal
yang jarang terlintas untuk kutuangkan dalam gambar. Karena biasanya aku hanya
antusias untuk menggambarkan kisah tentang cinta. Bentuk gambar pun tak sama
dengan waktu pernama kali membayangkan gagasan ini. Bahkan jauh dari gambaran
semula.
Waktu pertama
menggores spidol, bayangan yang terlihat jelas hanya tanda tanya dimana-mana.
Di setiap sudut kertas hanya terlintas tanda tanya di benakku. Beda dengan
gambar-gambar sebelumnya yang selalu menampakkan banyak simbol-simbol abstrak
saat melemparkan gagasan dalam kertas kosong. Setelah tanda tanya tergores
dalam kertas, barulah muncul berbagai simbol abstrak di samping tanda tanya
yang telah tergores. Simbol-simbol abstrak yang saling berdesakan merangsak
masuk silih berganti memenuhi kertas. Kupaksakan spidol untuk menangkap
beberapa simbol yang berlarian dengan cepat itu lalu menggoreskan ke dalam
kertas agar mereka tak berlarian lagi. Kupilih diantara mereka yang dapat merefleksikan gagasan, pemikiran,
mimpi-mimpi, serta pengalamanku tentang persahabatan. Kubiarkan simbol-simbol
itu mengalir dengan sendirinya dan tertangkap oleh spidol untuk digoreskannya.
Herannya, setelah
hampir jadi dan kupandang-pandang lagi, kok gambarnya jadi mirip kucing gini
yah? Ah entahlah, atau mungkin ... banyak sekali asumsi yang terlintas dalam
benakku. Dari mulai kemungkinan bahwa hasil akhir ini sebuah pencerahan melalui
filosofi kucing (filosofi kucing?
Hmm..Bagaimana itu?), simbol-simbol tadi menuntun hikmah dan kesadaran
untuk saling menayangi, dsb, dsb. Tapi kesimpulanku menyatakan bahwa ini hanya
kebetulan saja.
Tapi, pikiran
tentang kucing terus saja menggangguku. Bagaimanapun, menurut kebanyakan cerita,
kucing adalah hewan kesayangan Nabi Muhammad. Kucing juga mengandung berbagai
mitos kekeramatan, dari yang bernyawa sembilan, membawa sial saat sengaja
maupun tidak sengaja menyiksanya, dsb. Tapi saya sedikit percaya dengan mitos
tersebut. Saat duduk di SMK dulu, kelasku berada di lantai 3. Cukup tinggi
untuk dijadikan tempat bunuh diri. Ada seekor kucing warna putih kekuningan tengah
tertidur di depan tangga dekat kelasku. Aku dan beberapa teman yang berjalan
menuju tangga melihat kucing itu dan salah seorang teman mengagetinya. Sontak
kucing itu terkaget dan berlari. Naasnya kucing itu berlari ke arah yang salah.
Ia berlalri menuju sebelah tangga sehingga ia terjatuh dari lantai 3. Kami tercengang
melihat kucing itu terjun bebas. Teman yang mengageti tadi terlihat menahan
nafas dan seperti menyesali perbuatannya yang iseng-iseng mengageti kucing
tersebut. Beberapa detik kemudian, kucing itu menghantam tanah dan tak bergerak
sedikitpun. Kami menyangka ia sudah mati. Ahh, ternyata dugaan kami salah, tak
berselang lama kucing itu mampu berdiri dan berlari kembali. Kami saling berpandangan tak percaya, lantas
terbahak sekencangnya mengingat kejadian barusan itu. itu yang membuatku sedikit
percaya akan mitos-mitos tentang nyawa dan kekeramatan kucing.
Kembali ke laptop, eeh kembali ke topik maksudnya. Kekeramatan
itu menunjukkan tentang arti persahabatan. Yah, persahabatan, setiap orang pasti
punya pemaknaan tersendiri tentang persahabatan Persahabatan yang didasari (lihat simbol kaki di bagian kiri bawah
gambar) dengan ketulusan yang kuat (lihat
simbol bunga-bunga di sebelah atas simbol kaki), akan menghasilkan buah
manis yang amat dicari-cari kebanyakan manusia, yakni kebahagiaan. Tangan Tuhan
akan selalu turut menyelesaikan segenap permasalahan dan keruwetan hidup
melalui persahabatan. Angin sepoi akan mendamaikan hati dan piikiran (lihat simbol-simbol di bagian paling atas
gambar).
Nyawa kucing
sembilan, nyawa manusia hanya satu, tapi persahabatan...??? kucing yang jatuh
dari lantai tiga mampu hidup kembali sampai sembilan kali kejadian yang sama (menurut mitos). Peliknya kehidupan,
kebangkrutan, kekalahan, penderitaan dan segala hal yang dapat diwakili oleh
kata “jatuh”, akan mampu dibangkitkan kembali dengan kekuatan persahabatan yang
tulus. Namun, saat kucing kita celakai, kita siksa, kita sakiti, kita akan
mendapatkan kesengsaraan, kesedihan, kecelakaan, dsb (sekali lagi menurut
mitos). Saat persahabatan kita bangun atas dasar kepentingan pribadi, atas
pamrih-pamrih nafsu, atas kepalsuan dan ketidaktulusan, serta atas keburukan
lainnya (lihat simbol dedaunan lancip di
bagian kanan bawah gambar). Kita juga akan memetik hasil yang buruk, yang
menenggelamkan kita pada keraguan, pada kesemuan, pada kebahagian palsu, bahkan
kesengsaraan. (lihat simbol lingkaran di
bagian kanan tengah gambar, juga simbol-simbol kerumitan di sebelah kirinya)
Persahabatan bukan
hanya antara manusia dengan manusia. Manusia dengan hewan juga persahabatan,
dengan tumbuhan juga persahabatan, dengan gemelan, gitar, drum, piano, selama
dimainkan dengan ketulusan juga persahabatan. Tulisan dan gambar di atas pun
juga persahabatan. Karena digambar dan ditulis dengan ketulusan, dengan cinta
dan kasih sayang mendalam akan kegemaran (hobi). Jika anda membaca sampai di
sini, saya anggap anda sebagai sahabat dan saya berterima kasih pada anda. Jika
hanya melihat pun, juga saya anggap sahabat. Bahkan yang mencaci, mencerca
ataupun yang memaki pun masih saya anggap sahabat. Karena inti dari
persahabatan adalah cinta dan kasih sayang, yang melahirkan sebuah ketulusan,
yang bermuara pada Tuhan. Kalau saya sejak awal menganggap anda musuh, saya
tidak akan menggambar dan menulis ini. Kalau saya menganggap anda sebagai
musuh, saya akan berusaha untuk membunuh anda dengan cara apapun asalkan anda
mati. Karena filosofi nenek moyang jawa, yang namanya musuh itu hanya ada dua
kata, kalau tak dibunuh yah kita yang terbunuh. Tidak ada kalah ataupun menang.
Karena itu, seburuk apapun penilaian anda terhadap tulisan dan gambar saya,
ataupun pada pribadi saya. Saya akan tetap menganggap anda sahabat saya, karena
saya tak ingin membunuh anda. Terserah anda mau bilang saya munafik dan
sebagainya, yang penting inilah cara saya memaknai persahabatan. Dan tentunya
anda punya cara pandang tersendiri, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar